Notification

×

Iklan

Iklan

Minim Apresiasi Penulis, Gerakan Literasi Daerah Berpotensi Gagal Total dan Tak Menghapus Masalah Fundamental Literasi Kita

5/09/2024 | 11:39 WIB Last Updated 2024-05-09T04:44:31Z
Penulis M. Sehelmy AS Ibrahim (Program Officer Kawan Perintis, Seketaris Bidang PAO HIMAT Bandung Raya). (Foto: Istimewa)


SIGNALCIANJUR / MIMBAR WARGA- Satu masyarakat maju senantiasa ditandai dengan tingkat literasi yang tinggi, literasi tidak hanya dimaknai sebagai kegemaran membaca atau menulis belaka, melainkan pula mencakup tentang kemampuan di dalam memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup.

Semangat literasi yang dimaksud harus pula ditopang dengan kegemaran di dalam membaca dan menulis, meskipun hal tersebut bukanlah satu-satunya makna dari literasi. 

Akan tetapi, tak elok kiranya jika memperbincangkan literasi tanpa ada kecenderungan terhadap kegemaran membaca dan menulis.

Indonesia sendiri sedang gencar meningkatkan indeks literasi yang dianggap masih sangat rendah, ada satu penelitian yang menyebut jika dari 61 negara, Indonesia menduduki posisi 60 dengan tingkat literasi paling rendah. Penelitian dari PBB sebagaimana disinggung Guru Gembul juga misalnya menyebut jika tingkat pemahaman remaja di Indonesia untuk mengetahui satu gagasan utama dalam suatu paragraf hanya 15 persen dari total keseluruhan pelajar yang ada, hal ini kait-kelindan pula dengan rata-rata IQ Indonesia hanya 78.

Kondisi itu pun diperparah dengan sulitnya akses untuk mendapatkan buku-buku di Indonesia, diperkirakan tiap tahunnya tak sampai 20.000 buku yang diterbitkan di Indonesia itu pula bukanlah buku-buku dalam upaya menjadi penopang pendidikan alternatif untuk mengasah daya pikir masyarakat melainkan modul-modul pembelajaran atau diktat-diktat semata.

Dalam konteks kecianjuran, upaya peningkatan literasi untuk mendukung peningkatan indeks baca nasional dan meningkatkan taraf kualitas hidup masyarakatnya telah kemudian diundangkan pada Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2023 tentang Gerakan Literasi Daerah. Gerakan tersebut merupakan upaya mensinergikan semua potensi serta memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi daerah.
Hal itu perlu bukan hanya untuk tujuan peningkatan kuantitatif indeks literasi nasional atau pun tidak hanya dimaksudkan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat, melainkan dalam banyak hal, literasi pun akan mengasah banyak pikiran sehingga dapat turut serta dalam meningkatkan indeks Pembangunan manusia Cianjur yang sangat rendah, terlebih pula, sebagai kota santri, membaca merupakan salah satu bentuk hal yang sangat disenangi di dalam agama, ketimbang taqlid buta pada hal-hal yang dinilai irelevan atau pun irasional.

Upaya menyukseskan gerakan literasi itu pun dilakukan dalam beberapa lini, salah satunya, dinas arsip dan perpustakaan daerah membuat aplikasi baca yang dinamainya dengan Gerakan Membaca Ofline Online, suatu upaya yang sebenarnya telah pula dilakukan oleh perpustakaan nasional melalui aplikasi iPusnas dan pula sebagai ikhtiar dinas untuk meningkatkan minat baca di kabupaten Cianjur.

Meskipun, persoalan sejatinya tidak hanya berkutat pada minimnya minat baca, sebagaimana dijelaskan di dalam laporan sebagaimana disinggung di atas, persoalan paling mendasarnya ialah karena kebutuhan buku di Indonesia dan juga Cianjur tidak dapat terpenuhi, sehingga alternatif bacaan sangat minim, kebanyakan orang akhirnya tidak menemukan bacaan yang dapat membuatnya, meminjam ungkapan Najwa Shihab, "jatuh cinta pada buku".
Inilah duduk perkara fundamental yang dilupakan dalam upaya mensukseskan gerakan literasi daerah, bahwa secara psikologis, orang akan menemukan buku yang membuatnya jatuh cinta pada literasi, ketika buku tersebut sesuai dengan apa yang menjadi minatnya, dengan apa yang berkoleratif dengan dunianya, untuk dapat sampai ke sana, diperlukan banyak alternatif buku-buku yang tidak hanya soal diktat atau modul ajaran semata.

Maka, upaya untuk melahirkan banyak alternatif buku yang dapat menjadi gerbang pembuka banyak orang minat terhadap dunia literasi adalah dengan memerhatikan para penulisnya. Dalam konteks kecianjuran, sangat sedikit kita mendengar nama-nama penulis dengan karya-karya, banyak penulis Cianjur independen yang menerbitkan buku tak mendapat apresiasi yang seharusnya sehingga membuat mereka dilupakan, padahal secara isi dan substansi, mereka tak kalah jauh kualitas dengan penulis terkenal.

Padahal, jika kita menengok jejak historis, Cianjur memiliki pujangga atau sastrawan kawakan yang telah melalangbuana, Utuy Tatang Sotani misalnya, ia merupakan seorang sastrawan Angkatan 45 yang lahir di Cianjur pada 31 Mei 1920 silam dan meninggal di Moskow, Rusia, pada 17 September 1979.

Taufik Ismail pun pernah memberikan komentar tentang tokoh sastrawan asal Cianjur ini bahwa ia tak mengandung ideologi yang Marxis-Leninis karena karya bercirikan individualisme yang bertolak belakang dengan realisme Indonesia, beberapa karyanya seperti Tambera (1948); Sayang Ada Orang Lain (1954); Kolot Kolotok; Menuju Kamar Durhaka-Kumpulan Cerpen (2002) dan lainnya menghiasi sejarah kesusastraan tanah air.

Tetapi, siapa orang di Cianjur yang hari ini mengenal Utuy?. Pertanyaan yang sama kita ajukan, siapa penulis atau pun sastrawan Indonesia hari ini yang dikenal dan diapresiasi di Cianjur? Jawabannya tidak ada, padahal, penulis sendiri sering berbincang dengan sastrawan dan penulis di Cianjur, dan semuanya tidak ada yang sampai dikenal banyak orang di Cianjur, padahal jika berbicara kualitas, mereka adalah orang-orang yang sangat layak diapresiasi.

Saya sendiri akrab menggunakan terminologi, bahwa para penulis Cianjur terutama yang muda-muda sengaja meniti jalan sunyi, karena memang mereka tidak memiliki fasilitas yang mumpuni dan tak memiliki kekuatan kapital yang cukup agar namanya dapat mencuat, suatu keironian sendiri, hingga tak jarang, mereka akhirnya mereka tak memilih jalan kepenulisan karena memang fasilitas di dalamnya tak cukup untuk mengantarkan mereka berkontribusi lebih banyak dalam upaya mendidik masyarakat.

Merujuk pada Perda nomor 11 tahun 2023 tentang Gerakan Literasi Daerah Cianjur seharusnya musti diinsyafi dan disadari jika pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk memfasilitasi penulis dalam rangka meningkatkan budaya membaca, sekurangnya hal itu nampak dalam pasal 10 huruf (i) yang menyebut, "memfasilitasi penerbit, penulis, seniman, budayawan Daerah dalam meningkatkan Budaya Literasi".

Penulis-penulis inilah yang sejatinya harus giat menuliskan buku untuk dapat memenuhi kebutuhan nasional yang kekurangan stok buku yang dapat memantik minat literasi secara keseluruhan. Data menunjukan, bahwa sampai dengan tahun terakhir, Indonesia rata-rata menerbitkan buku diangka kurang 20.000 per tahun, jika dibandingkan Korea Selatan yang hanya memiliki penduduk sekitar 52 juta orang saja, sudah hampir menerbitkan buku sekitar 42.000-an buku lebih setiap tahunnya, atau jika dibandingkan Amerika Serikat yang bisa menerbitkan sampai 304.000 buku. 

Untuk itu, seyogyanya pemerintah daerah diakhir masa kekuasaannya perlu untuk menemui para penulis-penulis muda, sebut saja banyak penulis muda Cianjur yang sangat berpotensi untuk turut meningkatkan indeks literasi daerah karena produktifitasnya dalam menulis seperti Widi Dwi Haspiani, Nenden Nuraini, Isma Maulana Ihsan hingga beberapa penulis muda lainnya yang dapat menjawab kebutuhan penulis untuk berkontribusi meningkatkan jumlah penerbitan buku.

Kehadiran pemerintah daerah bisa melalui pemberian fasilitas, insentif secukupnya untuk membantu riset kepenulisan, dan tentunya hal ini perlu dibarengi dengan semangat meritokrasi dilingkungan kabupaten Cianjur, sehingga yang terlibat merupakan benar-benar orang yang memiliki kredibilitas dan kemampuan, bukan karena adanya kedekatan keturunan atau pun kedekatan politik-pragmatis semata.
Dan kita musti belajar dari negara-negara maju yang sukses dalam gerakan literasinya, mereka tidak hanya berfokus pada bagaimana masyarakat berminat membaca buku, tetapi mereka juga memerhatikan fasilitas yang diberikan kepada para penulis, penerbit dan yang lainnya yang sangat berjasa merawat dan memberdayakan dunia literasi. (Red/*)

Penulis: M. Sehelmy AS Ibrahim 




(Mesothelioma Law Firm, Donate Car to Charity California, Donate Car for Tax Credit, Donate Cars in MA, Donate Your Car Sacramento, How to Donate A Car in California, hosting web gratis, kursus seo, subdomain gratis, keyword cpc tinggi 2018, domain gratis, promo hosting indonesia, kegunaan internet, virtual private server indonesia, allianz indonesia travel insurance, sewa cloud server, software untuk mengakses internet, spesifikasi komputer server, kumpulan software komputer, asuransi islam, kpr islam, anies baswedan, kasus ferdy sambo, jokowi, anies, dedicated server indonesia, harbolnas, promo hosting bula ini, shoope, tokopedia, ucapan tahun baru 2023, ucapan tahun baru 2023 bergerak, ucapan tahun baru, Laptop terbaik XX Jutaan, Tempat wisata favorit tahun baru, Asuransi tri pakarta, Asuransi mobil, Asuransi perjalanan, Indonesia culture, Indonesia logo, Indonesia hotel, Travel ladju, Tips instagram, Tips investasi emas, Investasi forex tanpa trading)

×
Berita Terbaru Update