Notification

×

Iklan

Iklan

Mengetahui Rutilahu Keluarga Jualan Kantong Kresek Warga Cianjur di Masa Pandemi, Kini Tetap Bertahan

1/15/2021 | 09:55 WIB Last Updated 2021-02-06T01:34:31Z
Endang (39) warga Desa Cipetir, Kecamatan Cibeber, saat membereskan barang dagangannya, (Foto: Pedi/ SignalCianjur)



BUTUH- Uluran tangan semua pihak, terutama perhatian serius pemerintah melalui dinas terkait, melihat kehidupan keluarga penjual keliling kantong kresek di pasar Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Laporan: Pedi Perdiansyah/ SignalCianjur

Masa pandemi Covid-19 saat ini, berimbas secara global. Khususnya nasib warga masih di bawah garis kemiskinan (tak mampu), seperti halnya mengetahui kehidupan pasangan suami istri (Pasutri) menempati rumah panggung (Rutilahu) ukuran 3x5 meter, kerja serabutan jualan kantong kresek.

Kondisi rutilahu berbilik sudah rapuh dimakan usia, bahkan diselimuti terpal plastik milik Endang Triana (39) warga Kampung Babakan Anyar RT 1/ 4, Desa Cipetir, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sudah pada bolong memprihatinkan.

"Saya sudah lama menempati rumah panggung ini ada sekitar 10 tahun bersama anak dan istrinya," aku Endang, kepada wartawan JabarNews, Jumat (15/1/2021).

Pasutri tersebut, sudah dikarunia lima anak, masing-masing Irsan (17), M. Alif (13), M. Arifin (9), M. Fikri (4), dan terakhir Siti Asifpa (2). Dan, mereka semuanya butuh kehidupan yang layak, sangat mendambakan perhatian pemerintah setempat.

"Ya, begini kang? Bolong, atap rumah bocor. Dan, bila hujan terasa hembusan angin masuk ke dalam rumah. Bahkan terasa masuk ke dalam tulang," bilang Endang, nampak tegar dan ikhlas.

Dia bercerita, bukan tidak mau membangun rumah. Penghasil sehari-hari paling sekitar Rp 30 ribu, kerja serabutan jualan kresek, ataupun apa saja bisa dijual yang penting halal dan barokah untuk keluarga.

"Jualan di pasar rakyat (pasar Cibeber), sudah lama sejak bujangan, itu belum rumah tangga sampai saat ini," bilangnya bapak lima anak ini.

Apalagi di masa pandemi saat ini, jualan kan dibatasi. Kalau rasa khawati pasti ada lah, takut terkena atau tertular virus Corona. 

"Tapi, mau bagaimana lagi kalau tidak jualan keliling di pasar gak dapat duit," ujar Endang.

Dia menuturkan, kalau jualan atau ada keperluan keluar pergi. Tentu masker selalu pakai nempel gak pernah lepas, sehabis pulang cuci tangan lah.

"Menjaga kesehatan penting dan perlu, untuk kita juga," ucapnya.

Kini, jualannya sepi di masa pandemi. Paling penghasilan dapat Rp 30 ribu sehari. Kalau dulu bisa sampai Rp 100 ribu per hari sebelum masa pandemi Covid-19, makanya barang dagangan selalu menemaninya agak dikurangi bila jualan tidak membawa banyak.

"Mudah-mudahan pandemi Covid-19, cepat berakhir jangan sampai berkepanjangan," kata Endang.

Bukan hanya rumahnya yang sudah rapuh dan tua, tapi tidak memiliki WC. Hanya jamban (toilet atau kakus) hal sama dikelilingi terpal. Pas di jalan umum setiap hari mondar-mandir atau kian kemari orang (warga) melalui rumah panggung dan kasusnya.

Sementara, Mia Sumiati (36) istri dari Endang menuturkan, suami jualan kresek keliling sudah lama, itu dari bujangan mulai SMP. Bukan jualan kresek saja, tapi apa saja bisa dijual kebutuha di rumah seperti celemek nasi, keset kaki, dan lainnya penting bisa dijual dan jadi uang.

"Ya, untuk mencukupi kebutuhan keluarga di rumah," ucapnya.

Kalau tanah rumah ini, masih ujar Mia, milik sendiri. Suami bukan gak mau membangun rumah, melihat kondisi seperti yang diketahui kerjanya hanya serabutan tidak menentu.

"Jangankan untuk bangun rumah, di masa pandemi Covid-19 saat ini. Beli gas tak mampu, nah masak pun pakai kayu bakar," akunya seorang ibu terlihat sabar, dan Ikhlas menjalani kehidupan bersama sang suami.

Mia berharap, dan berdoa ada bintang jatuh dari langit. Istilah ada perhatian dari pemerintah atau para dermawan membantu kehidupan keluarga, minimal bisa bantu membangun rumah tidak layak ditempati bisa bersih, tidak bocor dan pada bolong.

"Kalau ada mau membantu bersyukur, tapi kalau tidak juga saya sekeluarga pasrah dan ikhlas kang," pungkasnya.

Saat ini, keluarga penjual kantong kresek tersebut hanya pasrah dan sabar menjalani kehidupan. Meskipun terkena dampak ekonomi, karena pandemi Covid-19 tetap semangat dan pekerja keras tetap berjualan, sebagai penyemangat melihat lima anaknya masih pada kecil.(Rdk)

×
Berita Terbaru Update