![]() |
Mahasiswa tergabung GMNI Cianjur unras soal banyak kasus keracunan MBG. (Foto: SignalCianjur) |
SIGNALCIANJUR.COM - Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Cianjur unjuk rasa (Unras) geruduk gedung DPRD menyikapi politik jalanan atas tragedi keracunan massal program Makan Bergizi Gratis (MBG) dilaksanakan pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN), Kamis (2/10/2025).
Ketua DPC GMNI Kabupaten Cianjur, Agus Rama Tunggaraga menyatakan sikap politik jalanan atas tragedi keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBO) yang dilaksanakan pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN), berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2024.
"Peristiwa ini meninggalkan luka tidak hanya dirasakan oleh para korban dan keluarganya," katanya.
Dia juga mengatakan tapi menjadi pukulan bagi seluruh masyarakat menaruh harapan besar pada sebuah program seharusnya menghadirkan masa depan sehat hagi generasi mada. Alih-alih memberi kekuatan dan semangat, makanan yang diklaim sebagai bergizi justru mengantarkan anak-anak ke rumah sakit.
"Ini adalah potret kegagalan negara dalam menjalankan amanahnya," ungkap Rama.
Kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Cianjur menimbulkan keprihatinan yang mendalam.
Anak-anak yang seharusnya mendapatkan asupan gizi sehat justru terancam kesehatanya akibat lemahnya pengawasan dalam pelaksanaan program.
Hal sama diutarakan dia, peristiwa ini tidak bisa dianggap sepele atau cukup ditutup dengan permintaan maaf Kasus ini menunjukkan adanya masalah serius dalam tata kelola program, mulai dari pemilihan penyedia makanan, proses pengolahan di dapur.
"Bahkan hingga distribusi ke sekolah-sekolah yang tidak diawasi secara memadai," terang Rama.
Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa kejadian keracunan MBG berulang di berbagai sekolah di Cianjur, diantaranya 21 April 2025, 78 siswa yang terdiri dari 23 siswa PGRI 1 dan 55 siswa MAN 1 Cianjur mengalami keracunan massal setelah menyantap menu MBG, lalu 3 September 2025, 9 siswa MTs Islamiyah Sayang Cianjur mengalami keracunan setelah mengkonsumsi menu MBG buah potong (melon yang terasa masam).
Kemudian, 20 Agustus 2025, 12 santriwati Pondok Pesantren Durul Quran Kecamatan Cidaun mengalami muntah dan pusing setelah menyantap MBG. Dan, 11 September 2025, 36 siswa terdiri dari 19 SD Salakawung dan 17 siswa dari SMP Budi
Luhur Kecamatan Cugenang mengalami keracunan setelah mengkonsumsi menu MBG, pada 25 September 2025, SDN Taruna Bakti Cugenang 30 siswa dan juga tenaga pendidikan mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG.
Hal sama diungkapkan Rama, berdasarkan catatan tersebut, sedikitnya 165 siswa di Kabupaten Cianjur menjadi korban keracunan akibat MBG sepanjang tahun 2025. Perlu kejadian ini memperlihatkan bahwa persoalan bukan hanya pada satu sekolah atau satu penyedia, melainkan pada sistem pengawasan program yang lemah.
"Nah! Rangkaian kasus keracunan akibat program MBG di Cianjur menunjukkan adanya persoalan serius dalam tata kelola," jelasnya.
Ia menambahkan standar higienitas makanan terbukti sangat rendah sehingga menimbulkan risiko keracunan bagi siswa, sementara proses pemilihan vendor dilakukan secara tidak transparan dan minim uji kelayakan sehingga kualitas penyedia makanan tidak terjamin.
"Distribusi makanan pun berjalan tanpa kontrol kualitas memadai, membuat makanan sampai ke siswa dalam kondisi yang tidak layak konsumsi," tutup Rama. (Red/*)