![]() |
Lokasi aktivitas pertambangan di Kampung Gunung Siang, Cilaku, Cianjur. (Foto: Mul/JabarNews) |
SIGNALCIANJUR.COM - Keluhan dan pengaduan warga Desa Mulyasari yang viral di Media Sosial (Medsos) soal galian C aktivitas pertambangan, Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur turun langsung cek ke lokasi, di Kampung Gunung Siang, Jumat (18/7/2025).
Sekertaris Kecamatan (Sekmat) Cilaku, Dani mengatakan Kronologisnya, jadi di samping hari ini seperti terlihat informasi media sosial (Medsos), dan laporan dari warga (keresahan) langsung responsif menindaklanjuti hal itu bersama Forkopimcam Cilaku, diantaranya anggota TNI-Polri juga ada Kanit Reskrim, unsur dari pemerintah desa (Pemdes), lalu perwakilan tokoh masyarakat (Toma), dan warga setempat.
"Artinya kroscek ke lapangan. Dan, kondisinya pengelolaanya tidak ada. Ini masih menunggu," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan intinya mencari keterangan kondisi lokasi galian C aktivitas pertambangan ini, tentu sudah viral di medsos.
"Soal pengaduan masyarakat. Bahkan mungkin mengetahui juga ke Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi (KDM)," beber Dani.
Hal sama diungkapkan dia, kini sedang menunggu dari ESDM Provinsi Porprov Jawa Barat, lalu pihak pengelola mudah-mudahan bisa ada langkah solusi terbaik.
"Bahkan dari Polres Cianjur sedang di perjalanan semuanya," ucapnya.
Ia memaparkan informasi diterima sudah ada satu tahun, seiring itu juga ada hal atau tempat saklar di masyarakat (situs) kaitan dengan kampung sini yang di belakang ada hutan.
"Memang sangat disakralkan karena khawatir mungkin masyarakat," ucap Dani.
Seperti yang dikhawatirkan, ia mengungkapkan sumber air hilang (kering), jadi wajar-wajar saja soal hal dikeluhkan. Hanya tinggal bagaimana dari pemerintah mampu memmediasi dua kepentingan ini, baik itu pengusaha maupun masyarakat sini.
"Tadi juga kroscek berizin atau tidak yang artinya bisa menindaklanjuti mencegah sejak dini," tutur Sekmat Cilaku.
Sekmat Cilaku ini menambahkan pada intinya soal kekhawatiran hilangnya sumber air, lalu adanya lokasi yang dianggap saklar - saklar.
"Tindakan kita nanti akan melaporkan secara berjenjang mungkin pemutus kembali lagi pimpinan," pungkasnya.
Sementara itu, Ustad Aceng (40) salah satu tokoh masyarakat setempat mengatakan sebelumnya tidak pernah berkomentar, artinya tidak mempermasalahkan karena kalau melihat sudah masuk Gunung Siang tentu merasa keberatan.
"Pastinya merasa khawatir dampak nantinya seperti apa," katanya.
Masih diungkapkan Ustad Aceng, kalau gunung ini habis nanti susahnya air akan kering pastinya. Lalu bencana alam seperti angin beliung, penebangan pohon berisik, dan lainnya.
"Selian itu cuaca akan terasa panas," ucapnya.
Ia mengharapkan tidak ada aktivitas pertambangan atau galian C di kampung sini. Apalagi di gunung ada situs diceritakan guru kunci asli warga sini, supaya ditutup saja.
"Kami inginkan ditutup mau itu legal maupun ilegal juga," tutup Ustad Aceng. (Red/*)