![]() |
| Cianjur, Moch Ginanjar. (Foto: Mul/Jabarnews) |
SIGNALCIANJUR.COM - Dewan Pendidikan Kabupaten Cianjur menyoroti alias kritik pedas soal data awal menunjukkan sekitar 50 ribu anak tercatat tidak melanjutkan sekolah atau putus sekolah.
Diketahui, angka tersebut mengejutkan dan dianggap sangat memprihatinkan oleh pemerintah daerah.
Data ini dilaporkan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cianjur setempat berdasarkan rilis awal Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), meskipun masih dalam proses validasi ulang di tingkat kecamatan karena dianggap belum final.
Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Cianjur, Moch Ginanjar mengatakan harus memperbaiki dan memvalidasi data ATS/APS secara akurat
Mengintegrasikan data dari Dapodik, operator desa, lembaga pendidikan, dan instansi terkait.
"Nah! Agar tidak terjadi data ganda, data tidak sinkron, atau anak yang sudah sekolah tetapi masih tercatat sebagai ATS," jelasnya kepada Signal Cianjur, Jumat (26/12/025).
Dijelaskan dia, mempercepat penanganan anak tidak melanjutkan sekolah dengan adanya markas atau satgas terpadu, proses identifikasi, verifikasi, hingga tindak lanjut (kembali sekolah, ke PKBM, atau jalur alternatif) dapat dilakukan lebih cepat dan terkoordinasi.
"Upaya untuk meningkatkan efektivitas program sudah ada," ujar Ganjar.
Program-program yang telah digulirkan, hal sama diungkapkan dia, seperti halnya beasiswa, PIP, kesetaraan, kejar paket, pendidikan nonformal, itu menjadi lebih tepat sasaran karena berbasis data valid dan terkini.
Menyinergikan peran lintas sektor
Menghubungkan peran dinas pendidikan, desa, sekolah, PKBM, pendamping sosial, dan operator data sehingga penanganan tidak berjalan sendiri-sendiri.
"Nah! Sehingga bisa mnurunkan jumlah ATS/APS secara signifikan," ucap Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Cianjur.
Hal sama dikatakan dia, dengan pendekatan sistematis dan terintegrasi, target penurunan angka 50.000 siswa tidak melanjutkan sekolah dapat dicapai secara bertahap dan terukur.
Lebih lanjut ia juga menyampaikan manfaat data lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, keputusan kebijakan dan intervensi didasarkan pada kondisi riil di lapangan, bukan hanya angka administratif.
Masih ujarnya, program lebih tepat sasaran dan berdampak nyata, nnak-anak benar-benar membutuhkan intervensi akan lebih cepat terjangkau.
"Ya! Sehingga peluang mereka kembali mengakses pendidikan meningkat," terang Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Cianjur.
Sambungnya, efisiensi anggaran dan sumber daya menghindari pemborosan program akibat salah sasaran atau tumpang tindih antar kegiatan dan lembaga. Meningkatkan angka partisipasi sekolah
anak sebelumnya tidak melanjutkan sekolah dapat diarahkan ke sekolah formal, nonformal.
"Ya! Juga misalnya jalur pendidikan alternatif sesuai kondisi sosial-ekonominya," jelas Ginanjar.
Ia menambahkan penguatan peran desa dan sekolah operator desa dan operator Dapodik menjadi garda terdepan dalam pemutakhiran data dan pemantauan keberlanjutan pendidikan anak.
"Dampak sosial jangka panjang
Penanganan ATS/APS berkontribusi pada pengurangan risiko kemiskinan, pengangguran usia muda, dan masalah sosial lainnya di masa depan," tutup Ginanjar.
Diketahui, angka tersebut mengejutkan dan dianggap sangat memprihatinkan oleh pemerintah daerah.
Data ini dilaporkan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cianjur setempat berdasarkan rilis awal Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), meskipun masih dalam proses validasi ulang di tingkat kecamatan karena dianggap belum final. (Red/*)
Berikut Data Tercatat
5 Agustus 2025
ATS Cianjur = 46.547
BPB = 25.305
DO = 12.280
LTM 6 = 3.746
LTM 9 = 5.216
16 September 2025
ATS Cianjur = 53.094
BPB = 25.233
DO = 15.887
LTM 6 = 5.494
LTM 9 = 6.480



