![]() |
| Lilis Suryani (Guru dan Pegiat Literasi) |
Meskipun ia kemudian menyatakan bahwa peningkatan kasus cikungunya saat ini sudah menurun jika dibandingkan April sampai dengan Juni 2025. Tetap saja penularan bibit penyakit tidak boleh dianggap sepele.
"Banyak genangan air dan lingkungan memungkinkan nyamuk berkembang. Saat musim hujan, banyak rumah warga, terutama di area padat atau dengan sanitasi dan drainase yang kurang baik, sehingga memungkinkan air menggenang yang menjadi tempat ideal bagi jentik nyamuk sehingga meningkatkan potensi penularan," bebernya.
Musim penghujan dari dahulu hingga saat ini sebenarnya tidak terlalu banyak berubah, dalam artian bahwa datangnya musim penghujan sudah menjadi tabiatnya alam. Tinggal manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang semestinya menyesuaikan dengan kondisi alam tersebut. Namun faktanya, kita sering gagap saat menghadapi musim penghujan hingga seolah tabiat alam ini menjadi pengundang bencana bagi manusia. Dari mulai bencana banjir, longsor, hingga meningkatnya sejumlah penyakit khas musim penghujan seperti DBD dan Cikungunya.
Saatnya Pemerintah All Out
Padahal, jika kita mempersiapkannya sejak awal bukan tidak mungkin bencana dan penyebaran penyakit dapat ditanggulangi. Namun pada faktanya, berbagai upaya preventif yang dilakukan selama ini belum berdampak signifikan.
Upaya pencegahan selama ini kerap kali diserahkan kepada masyarakat sendiri, pemerintah hanya memberikan himbauan da anjuran tanpa memberikan solusi nyata bagi masyarakat. Sementara masyarakat kebanyakan juga tidak bisa maksimal dalam melakukan upaya pencegahan karena terbentur berbagai hal seperti dana yang kurang, waktu yang tidak luang hingga sedikitnya pengetahuan. Akhirnya upaya pencegahan tidak maksimal bahkan tidak jarang terhenti di tengah jalan.
Seandainya pemerintah all out dalam mengurus dan bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat, baik bencana ataupun penyakit tentu bisa diatasi dengan mudah karena pemerintah punya segala yang dibutuhkan. Hanya saja saat ini, pemerintah seperti setengah hati dalam mengurus masyarakat. Sekedar melakukan himbauan saja, jikapun ada action berupa alat yang disumbangkan jumlahnya sangat sedikit jika dibandingkan kebutuhan seluruh masyarakat.
Kesehatan Dalam Pandangan Islam
Dalam pandangan Islam, kesehatan adalah salah satu kebutuhan utama bagi seluruh masyarakat yang menjadi kewajiban syar'i bagi negara untuk memenuhinya, tanpa pilah pilih apakah mereka kaya atau miskin. Oleh sebab itu, negara wajib mengusahakan semua cara agar hak rakyat dapat terpenuhi dengan baik dan mudah di akses.
Bahkan semua layanan bebas biaya, jika diperlukan. Semua ini karena Islam memiliki mekanisme jaminan kesehatan dari hulu hingga hilir. Prinsip-prinsip penjagaan kesehatan pun diatur sedemikian rupa sebagai bagian dari hukum syarak, mulai dari yang mengikat individu, masyarakat, hingga negara; Mulai dari aspek yang bersifat preventif (pencegahan penyakit), kuratif (penyembuhan penyakit), rehabilitatif (pemulihan kesehatan), dan promotif (peningkatan kesehatan).
Sistem kesehatan dalam Islam juga dijamin dengan baik dalam sistem ekonomi Islam dan keuangan (APBN) negara Islam yang sangat kuat. Pemasukan negara mulai dari kepemilikan umum, seperti hasil pengelolaan sumber daya alam yang jumlahnya luar biasa dan berbagai sumber pemasukan lainnya, akan sangat cukup untuk menutup kebutuhan dasar bagi pemberian layanan terbaik bagi seluruh rakyatnya, mulai dari pengadaan fasilitas kesehatan, alat kesehatan, tenaga kesehatan, obat-obatan, hingga riset dan pengembangan sistem kesehatan.
Bagi rakyat yang ada di pedesaan, rumah sakit keliling akan disediakan oleh negara sebagaimana yang pernah dilakukan pada masa peradaban Islam dahulu, dengan begitu, semua lapisan masyarakat, kaya atau miskin, bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara baik dan gratis.
Gambaran kegemilagan peradaban Islam, saat ini dapat dengan mudah di akses, Sebagai negara yang mayoritas muslim sudah saatnya kembali mengkaji sejarah agar kemakmuran dan kesejahteraan dimasa lalu bisa menginspirasi untuk juga direalisasikan saat ini. (*)
Oleh : Lilis Suryani (Guru dan Pegiat Literasi)



