Notification

×

Iklan

Iklan

1/20/2025 | 11:45 WIB Last Updated 2025-01-20T04:49:16Z
KKN Undip Batang, Jawa Tengah. (Foto: Istimewa)


BATANG, SignalCianjur.com- Stunting yaitu kondisi gagal pada proses pertumbuhan dan perkembangan balita kekurangan gizi sejak dalam kandungan, diketahui dengan melihat tubuh anak lebih kecil dibandingkan anak seusianya.

Hal tersebut diungkapkan salah satu mahasiswi Undip Batang, Cantika Andita, saat dikonfirmasi awak media, saat melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), di Desa Tumbrep, Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah, Senin (20/1/2025).

Dampak Stunting, Cantika mengatakan , pada tahun 2022, dampak jangka pendek stunting adalah gangguan pertumbuhan, gangguan metabolisme, gangguan perkembangan otak.

"Nah! Bahkan hingga mempengaruhi kecerdasan anak," katanya.

Sedangkan, hal sama masih ujarnya, dalam jangka panjang stunting akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperbesar ketimpangan di suatu negara.

Kemudian, Cantika menerangkan, resepsi mengenai stunting di Indonesia, permasalahan mengenai anak bertubuh pendek dianggap karena faktor keturunan. 

"Persepsi inilah yang menyebabkan permasalahan stunting di Indonesia sulit diatasi," jelasnya.

Padahal, lebih lanjut ia menjelaskan, faktanya faktor keturunan hanya berkontribusi 15 persen, sementara faktor terbesarnya adalah masalah asupan zat gizi, hormon pertumbuhan.

"Selain itu penyakit infeksi berulang yang terjadi pada balita," ujar Cantika.

Sambungnya, prevalensi kasus stunting di Indonesia berdasarkan data survei status gizi nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia diangka 21,6 persen. 

"Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4 persen," terang dia.

Walaupun menurun, terakhir Cantika menambahkan, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen.

"Itu standar berdasarkan WHO di bawah 20 persen," tutupnya. (Red/*)

×
Berita Terbaru Update